
Ketegangan India dan Pakistan memanas, picu kekhawatiran perang nuklir. (AP Photo/Anjum Naveed)
Ketegangan India-Pakistan Memuncak, Dunia Waspadai Ancaman Perang Nuklir
New Delhi/Islamabad, Bird.biz.id – Ketegangan antara dua kekuatan nuklir di Asia Selatan kembali memanas setelah India meluncurkan Operasi Sindoor pada Rabu (7/5). Serangan ini menargetkan sembilan titik di wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, sebagai respons atas tragedi Pahalgam pada 22 April lalu yang menewaskan sedikitnya 26 warga sipil.
Militer India menyatakan serangan tersebut sebagai langkah balasan “terukur” terhadap aksi teror yang diklaim didalangi kelompok bersenjata yang beroperasi dari wilayah Pakistan. Namun, eskalasi ini langsung mengundang perhatian dunia internasional karena potensi meluasnya konflik menjadi perang berskala besar, bahkan nuklir.
Sejarah Panjang Konflik Kashmir
India dan Pakistan memiliki sejarah konflik berkepanjangan sejak keduanya merdeka dari Inggris pada 1947. Wilayah sengketa Kashmir menjadi titik nyala utama, yang telah menyebabkan tiga perang besar dan ratusan bentrokan bersenjata, terutama di sepanjang Garis Kontrol (LoC).
Serangan terbatas yang sering terjadi di wilayah perbatasan kini memasuki fase baru. Operasi Sindoor dianggap sebagai salah satu serangan militer paling signifikan sejak konflik Balakot pada 2019.
Bayang-Bayang Senjata Nuklir
Yang membedakan konflik kali ini dari sebelumnya adalah meningkatnya kekhawatiran akan penggunaan senjata nuklir. Berdasarkan data Arms Control Association, India memiliki sekitar 164 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan sedikit lebih unggul dengan sekitar 170.
India secara resmi masih mengadopsi kebijakan No First Use—tidak akan menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu kecuali diserang. Namun, pernyataan pada 2019 dari pejabat senior India yang menyebut kebijakan ini dapat ditinjau ulang menimbulkan keresahan baru. Sementara itu, Pakistan tidak memiliki kebijakan serupa dan telah menyatakan terbuka terhadap penggunaan nuklir taktis untuk menghadapi ancaman konvensional dari India.
Dampak Global
Menurut Arms Control Center, bahkan pertukaran nuklir terbatas dapat menyebabkan kematian hingga 20 juta orang hanya dalam sepekan pertama. Lebih mengerikan lagi, konsekuensi iklim dari perang nuklir dapat memicu musim dingin nuklir yang berpotensi memengaruhi 2 miliar penduduk dunia akibat kegagalan panen dan perubahan atmosfer.
Pengendalian Masih Mungkin
Meski tensi tinggi, analis menilai kedua negara masih berada dalam jalur kalkulasi strategis yang hati-hati. India unggul dalam kekuatan militer konvensional—menempati peringkat ke-4 dunia menurut Global Firepower Index 2025—sementara Pakistan di peringkat ke-12. Ketimpangan ini mendorong Pakistan mengandalkan nuklir sebagai alat penyeimbang.
Kedua negara juga masih rutin menukar daftar instalasi nuklir setiap Januari, berdasarkan perjanjian bilateral sejak 1988. Namun, baik India maupun Pakistan belum menandatangani Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT), yang dinilai sebagai langkah penting menuju de-eskalasi global.
Jalan Tengah Diplomasi
PBB dan sejumlah negara besar menyerukan agar kedua negara menahan diri dan membuka jalur diplomasi. “Tidak ada pemenang dalam perang nuklir,” tegas Sekretaris Jenderal PBB dalam pernyataan resminya, “dan perang seperti itu tidak boleh terjadi.”
Situasi terkini menegaskan bahwa perdamaian di Asia Selatan bukan hanya urusan regional, melainkan kepentingan bersama seluruh umat manusia.